Barangyang tidak dapat dipindahkan, seperti tanah dan gedung; dalam pengertian hukum termasuk kapal dengan ukuran lebih dari 20.000 ton (immovables). Barang tak bergerak karena ketentuan Undang-Undang seperti hak pakai hasil, dan hak pakai atas kebendaan tidak bergerak, hak pengabdian tanah, hak numpang karang, hak usaha, dan lain-lain.
Bahanmedis habis pakai (BMHP) yang steril seperti kateter, benang, dan sebagainya ditentukan tanggal habis pakainya. Jika waktu habis pakainya sudah lewat maka produsen barang tidak menjamin sterilitas, keamanan, atau stabilitasnya. Beberapa bahan medis habis pakai berisi pernyataan bahwa barang tetap steril sepanjang kemasan masih utuh tidak
Terdapatbanyak pendapat mengenai pengertian Sarana dan Prasarana, dan kali ini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). * Barang tidak habis pakai. Barang tidak habis pakai merupakan barang-barang yang dalam pengguaannya tahan lama, misalnya seperti : perforator, cutter, stapler dan gunting. B) Mesin-mesin kantor (Office machine)
Vay Tiền Nhanh. Sampo dan produk perawatan pribadi lainnya diklasifikasikan sebagai bahan habis pakai. Barang habis pakai adalah barang yang memerlukan penggantian berulang karena habis atau diubah penggunaannya. Pasar barang-barang ini cenderung konsisten dan dapat menjadi tempat yang kuat untuk investasi, bahkan selama periode ketidakpastian ekonomi, karena kebutuhan akan produk tersebut tidak dapat ditunda oleh konsumen. Individu dan bisnis sama-sama membeli bahan habis pakai, dalam jumlah yang bervariasi, dan sejumlah perusahaan yang mengkhususkan diri dalam berbagai produk habis pakai menyediakan barang untuk publik. Penjepit kertas adalah barang habis pakai. Perlengkapan kantor seperti pena, pensil, kertas, istal, toner dan tinta, penjepit kertas, dan sebagainya adalah contoh klasik dari barang habis pakai. Mereka secara teratur digunakan atau diubah dan kantor harus mempertahankan pasokan produk-produk ini agar berfungsi. Bahan makanan dan produk perawatan pribadi adalah barang habis pakai yang terlihat di rumah. Sebaliknya, hal-hal seperti peralatan tidak ditempatkan di kelas ini, tetapi dianggap barang tahan lama. Mereka dirancang untuk digunakan untuk jangka waktu yang lama. Sebagian besar rumah sakit menempatkan pesanan massal reguler untuk barang-barang konsumsi seperti bantalan tempat tidur. Banyak bahan habis pakai di alam sekali pakai. Rumah sakit memesan volume besar untuk perawatan pasien, termasuk jarum, sarung tangan, perban, dan selang. Contoh produk serupa dapat dilihat di industri lain di mana orang menginginkan bahan bersih untuk dikerjakan atau harus menggunakan produk baru dengan setiap pelanggan. Perusahaan pemasaran bahan habis pakai bergantung pada pasar yang stabil. Selama bisnis atau rumah tangga beroperasi, permintaan bahan habis pakai akan tetap sama. Persediaan medis sekali pakai sering terjadi karena sulitnya membersihkan dan mensterilkan beberapa barang. Di rumah sakit, misalnya, krisis anggaran dapat menunda pembelian besar barang tahan lama seperti mesin pencitraan generasi berikutnya dan tempat tidur rumah sakit. Namun untuk dapat berfungsi, rumah sakit tetap membutuhkan perbekalan untuk melayani pasien, dan perusahaan perbekalan kesehatan yang digunakan rumah sakit dapat bergantung pada pesanan rumah sakit. Hal ini memungkinkan perusahaan tersebut untuk mempertahankan pertumbuhan dan pengembalian yang stabil, bahkan dalam ekonomi yang buruk, membuat mereka sangat menarik bagi banyak investor. Pasar bahan habis pakai dapat dilacak secara terpisah dari jenis barang lainnya. Para ekonom melihat pergerakan di area pasar ini untuk membuat proyeksi, mempelajari lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi secara umum, dan memeriksa pergeseran ekonomi. Perusahaan yang mendesain dan memasarkan produk tersebut juga cenderung melakukan inovasi guna memperluas pasarnya. Banyak perusahaan membuat versi sekali pakai dari produk yang dapat digunakan kembali, misalnya, untuk mengubah pasar barang-barang ini menjadi barang habis pakai. Produk-produk ini dipasarkan karena lebih nyaman daripada yang dapat digunakan kembali. Mereka bahkan dapat mengintegrasikan taktik pemasaran seperti menjadi lebih ramah lingkungan karena tidak harus dibersihkan di antara penggunaan dan dapat dibuat dengan bahan yang dapat terurai secara hayati dan terbarukan.
Inventarisasi barang adalah semua kegiatan dan usaha untuk memperoleh data yang diperlukan mengenai barang-barang yang dimiliki dan diurus, baik yang diadakan melalui Anggaran Belanja, sumbangan maupun hibah untuk diadministrasikan sebagaimana mestinya menurut ketentuan dan cara yang telah ditetapkan. Pengadministrasian barang inventaris dilakukan menggunakan Buku Induk Barang Inventaris Buku Golongan Barang Inventaris Buku Catatan Barang Non Inventaris Buku Induk Barang Inventaris adalah buku tempat mencatat semua barang inventaris yang sudah dimiliki oleh suatu kantor atau satuan organisasi di lingkungannya, dan sekaligus merupakan sumber informasi yang diandalkan megnenai segala macam data yang diperlukan tentang barang-barang inventaris kantor. Buku Golongan Barang Inventaris adalah buku pembantu tempat mencatat barang-barang inventaris menurut golongan yang telah ditentukan, masing-masing berdasarkan klasifikasi dan kode barang yang ditentukan di dalam lingkungannya. Pengisiannya dilakukan setelah pencatatan barang tersebut kedalam Buku Induk Barang Inventaris. Buku Catatan Barang Non Inventaris adalah buku tempat mencatat semua barang non inventaris yang dimiliki oleh suatu kantor. Barang-barang tidak habis pakai dicatat dalam buku Induk dan Golongan barang inventaris, sedangkan barang-barang habis pakai dicatat dalam Buku Catatan Barang Non inventaris. Perhatikan format ketiga buku tersebut dibawah INDUK BARANG INVENTARIS buku induk barang inventaris Petunjuk Pengisian Diisi dengan nomor menurut urutan pembukuan barang inventaris ke dalam Buku Induk Barang Inventaris, sesuai dengan bukti penyerahan barang. Diisi sesuai dengan tanggal pencatatan barang ke dalam Buku Induk Barang Inventaris. Diisi sesuai dengan tabel klasifikasi kode barang inventaris. Diisi sesuai dengan istilah Indonesia yang sudah dibakukan. Disisi dengan merk, nomor, type, ukuran dan sebagainya. Diisi dengan jumlah barang inventaris yang dibukukan. Diisi sesuai dengan sebutan yang berlaku misal stel, lembar M, M2 Diisi dengan tahun pembuatan barang inventaris yang dibukukan umpama dari pabrik dan sebagainya Disebutkan sumber perolehan barang, misalnya anggaran rutin, hibah, bantuan, buatan sendiri dan lain sebagainya. Disebutkan satu persatu kelengkapan dokumen yang dimiliki seperti sertifikat tanah, akte jual beli, izin banguna, kontrak pemborong dan lain-lain dan tanggal penyerahan atau perolehan barang. Diisi sesuai keadaan barang pada waktu diterima misalnya "Baik", "Rusak". Diisi sesuai harga faktur/bukti penyerahan barang. Untuk barang-barang bantuan/sumbangan yang tidak diberikan harganya, diisi menurut harga taksiran pada waktu penerimaan barang. Diisi dengan keterangan tambahan yang dianggap perlu. BUKU GOLONGAN BARANG INVENTARIS buku golongan barang inventaris Petunjuk Penggunaan. Diisi dengan nomor menurut urutan pembukuan barang inventaris ke dalam Buku Induk Barang Inventaris, sesuai dengan bukti penyerahan barang. Diisi dengan nomor barang inventaris yang terdapat dalam buku induk inventaris Diisi sesuai tabel klasifikasi barang inventaris. Diisi sesuai dengan istilah indonesia yang sudah dibukukan atau sesuai dengan nama barang yang disebut di dalam Buku Induk Barang Inventaris. Disisi dengan merk, nomor, type, ukuran dan sebagainya. Diisi dengan jumlah barang inventaris yang dibukukan. Diisi sesuai dengan sebutan yang berlaku misal stel, lembar M, M2 Diisi dengan tahun pembuatan barang inventaris yang dibukukan umpama dari pabrik dan sebagainya Diisi sesuai keadaan barang pada waktu diterima misalnya "Baik", "Rusak". Diisi sesuai harga faktur/bukti penyerahan barang. Untuk barang-barang bantuan/sumbangan yang tidak diberikan harganya, diisi menurut harga taksiran pada waktu penerimaan barang. Dalam lajur ini dicatat keterangan fungsi barang sebagai alat teknis pendidikan misalnya alat praktek, alat penelitian percobaan dan sebagainya. Bagi unit kantor, dicatat tempat barang tersebut dipergunakan sebagai alat kantor. Diisi dengan keterangan tambahan yang dianggap perlu. BUKU CATATAN BARANG NON INVENTARIS buku catatan barang non inventaris Petunjuk Pengisian Diisi dengan nomor menurut rutan pembukuan barang non inventaris kedalam buku catatan barang non inventaris berdasarkan bukti penyerahan barang. Diisi dengan nama barang sesuai dengan istilah Indonesia yang sudah umum. Diisi dengan nomor kartu stock yang diberikan kepada barang yang sudah dibukukan. Diisi dengan merk, nomor, type, ukuran dan sebagainya, yang dapat memperjelas ciri khusus dari barang yang dibukukan. Diisi dengan jumlah barang non inventaris yang dibukukan. Diisi dengan sebutan yang berlaku. Diisi dengan tahun pembuatan barang non inventaris yang dibukukan. Diisi dengan sumber perolehan barang. Disebutkan satu persatu kelengkapan dokumen yang dimiliki dan diisi sesuai tanggal bukti penyerahan barang non inventaris. Diisi sesuai dengan keadaan barang pada waktu dibukukan misalnya "Baik", "Rusak". Diisi sesuai dengan harga faktur/bukti penyerahan barang Diisi sesuai dengan harga faktur/bukti penyerahan barang. Diisi dengan keterangan tambahan yang dianggap perlu.
Tuesday, August 20, 2019 Pengadaan Untuk melaksanakan tugas kantor, maka pegawai akan membutuhkan banyak peralatan pendukung sehingga dalam penyelesaian job desc pekerjaannya bisa jadi lebih lancar. Pegawai kantor tidak hanya membutuhkan aneka mesin-mesin kantor saja, melainkan juga sejumlah peralatan pendukung seperti sarana dan prasarana barang habis pakai office supplies yang pengaruhnya tak kalah besar terhadap efisiensi dan efektivitas hasil kerja. Fasilitas sarana dan prasarana kantor yang digunakan untuk mendukung kegiatan kantor ini merupakan barang-barang habis pakai dan barang yang tidak habis pakai yang sering digunakan sehari-hari di kantor. Lantas, sudah tahukah kamu bagaimana pengadministrasian, pengadaan barang tidak habis pakai dan barang habis pakai, serta bagaimana cara penggunaannya? Pengadministrasian peralatan kantor adalah semua kegiatan dan usaha untuk memperoleh data yang diperlukan mengenai barang-barang yang dimiliki perusahaan. Barang-barang tersebut bisa berupa barang habis pakai dan barang tidak habis pakai baik yang disediakan melalui Anggaran Belanja, sumbangan maupun hibah. Pengadministrasian peralatan kantor dapat dilakukan dengan pencatatan melalui buku induk, buku golongan, dan buku catatan barang non inventaris. Barang-barang tidak habis pakai nantinya dicatat dalam buku induk dan buku golongan barang inventaris, sedangkan barang-barang habis pakai dicatat dalam Buku Catatan Barang Non inventaris. Lebih jelasnya mengenai format pengisian ketiga buku tersebut kami jelaskan di bawah ini. Buku Induk Barang Inventaris Buku Induk Barang Inventaris merupakan buku yang digunakan untuk mencatat semua barang inventaris yang sudah dimiliki oleh suatu perusahaan atau satuan organisasi di lingkungannya, dan sekaligus merupakan sumber informasi mengenai seluruh data yang diperlukan tentang barang-barang inventaris kantor. Petunjuk Pengisian Pengisian nomor urut disesuaikan dengan bukti penyerahan barang. Diisi sesuai dengan tanggal pencatatan barang. Diisi sesuai dengan tabel klasifikasi kode barang inventaris yang telah dibuat sebelumnya. Nama barang diisi sesuai dengan istilah bahasa Indonesia yang sudah dibakukan. Keterangan barang disisi dengan merk, nomor, type, atau ukuran dan sebagainya. Kolom kuantitas diisi dengan jumlah barang inventaris yang dibukukan. Nama satuan diisi sesuai dengan sebutan satuan yang berlaku misal stel, lembar M, dll Diisi dengan tahun pembuatan barang inventaris disesuaikan dengan yang terdapat pada kemasan barang Diisi sesuai sumber perolehan barang, misalnya anggaran rutin, hibah, bantuan, buatan sendiri dan lain sebagainya. Diisi sesuai dengan kelengkapan dokumen yang dimiliki seperti sertifikat tanah, akte jual beli, izin bangunan, kontrak pemborong dan lain-lain dan tanggal penyerahan atau perolehan barang. Diisi sesuai keadaan barang pada waktu diterima misalnya “Baik”, “Rusak”. Diisi sesuai harga faktur/bukti penyerahan barang. Untuk barang inventaris yang berasal dari bantuan/sumbangan yang tidak terdapat label harganya, diisi menurut harga taksiran pada waktu penerimaan barang. Dicatat dengan keterangan tambahan yang dianggap perlu. Buku Golongan Barang Inventaris Buku Golongan Barang Inventaris merupakan buku pembantu tempat mencatat barang-barang inventaris perusahaan menurut golongan yang telah ditentukan, masing-masing berdasarkan klasifikasi dan kode barang yang ditentukan di dalam lingkungannya. Petunjuk Penggunaan Pengisian nomor urut disesuaikan dengan bukti penyerahan barang. Diisi sesuai dengan nomor barang inventaris yang terdapat dalam buku induk inventaris Diisi sesuai tabel klasifikasi kode barang inventaris yang telah dibuat. Nama barang diisi sesuai dengan istilah bahasa Indonesia yang sudah dibakukan atau sesuai dengan nama barang yang disebut di dalam Buku Induk Barang Inventaris. Keterangan barang disisi dengan merk, nomor, type, atau ukuran dan sebagainya. Kuantitas diisi dengan jumlah barang inventaris yang dibukukan. Nama satuan diisi sesuai dengan sebutan satuan yang berlaku misal stel, lembar M, dll. Diisi dengan tahun pembuatan barang inventaris disesuaikan dengan yang terdapat pada kemasan barang/produk. Dicatat sesuai keadaan barang pada waktu diterima misalnya “Baik”, “Rusak”. Dicatat sesuai harga faktur/bukti penyerahan barang. Untuk barang-barang yang diperoleh dari bantuan/sumbangan yang tidak terdapat label harganya, diisi menurut harga taksiran pada waktu penerimaan barang. Dalam kolom ini dicatat keterangan lokasi unit kantor/divisi dimana ,barang tersebut dipergunakan sebagai alat kantor. Dicatat keterangan tambahan yang dianggap perlu. Buku Catatan Barang Non Inventaris Buku Catatan Barang Non Inventaris merupakan buku tempat mencatat semua barang non inventaris yang dimiliki oleh suatu kantor. Petunjuk Pengisian Pengisian nomor urut disesuaikan dengan bukti penyerahan barang. Kolom nama barang diisi sesuai dengan istilah bahasa Indonesia yang sudah umum. Diisi dengan nomor kartu stock yang sudah ditandai pada barang yang sudah dibukukan. Diicatat sesuai dengan merk, nomor, type, ukuran dan sebagainya, yang dapat memperjelas ciri khusus dari barang yang dibukukan. Kuantitas diisi dengan jumlah barang non inventaris yang dibukukan. Nama satuan diisi dengan satuan yang berlaku secara nasional/internasional misalkan unit, meter, lembar, dll. Diisi dengan tahun pembuatan barang inventaris disesuaikan dengan yang terdapat pada kemasan barang/produk. Diisi dengan sumber perolehan barang. Disebutkan status kelengkapan dokumen yang dimiliki dan diisi sesuai tanggal bukti penyerahan barang non inventaris. Diisi sesuai dengan keadaan barang pada waktu diterima misalnya “Baik”, atau “Rusak”. Satuan barang diisi sesuai dengan faktur/bukti penyerahan barang. Kolom jumlah diisi sesuai dengan faktur/bukti penyerahan barang. Diisi dengan keterangan tambahan yang dianggap perlu. Contoh Barang Habis Pakai dan Tidak Habis Pakai Barang tidak habis pakai adalah barang yang dapat dipergunakan bukan hanya dalam satu kali pemakaian/dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Barang tidak habis pakai di era sekarang sudah berbeda dalam artian ada yang berkurang dan digantikan dengan teknologi yang terbaru. Misalkan buku telepon dan buku alamat yellow pages yang tergantikan dengan kehadiran internet. Contoh-contoh barang tidak habis pakai kami jelaskan dalam bentuk tabel berikut ini Meja Lemari Berkas Cap tanggal Telepon dan Fax Brankas Stempel Mesin tik elektrik Komputer Sandaran buku Mesin fotocopy Mesin OHP Kursi Printer Cutter Pemotong kertas Gunting Pervorator Mesin stensil Penggaris Rautan pensil Scanner Pembuka surat Stapler Baki surat Mesin laminating Penghapus whiteboard Tancapan surat Kalkulator Pembuka isi hekter Penghancur kertas Sedangkan barang habis pakai adalah barang yang hanya dapat dipergunakan dalam satu kali pemakaian. Contoh-contoh barang habis pakai kami jelaskan dalam bentuk tabel berikut ini Kertas Amplop Kertas formulir Buku agenda Lem Stabilo Pulpen Penghapus Tip x Isi Stapler Tinta printer Pensil Penjepit Bak Stampel Kertas karbon Kapur tulis Pita mesin tik Snelhecter Baterai Plastic ohp Paper clip Plastik mika Lakban jilid Buku kwitansi Stopmap Block note Spidol Pengadaan barang habis pakai dan tidak habis pakai Prosedur pengadaan barang habis pakai dan tidak habis pakai berbeda pada setiap instansi baik swasta maupun negara. Perbedaan ini bisa disebabkan beberapa hal, antara lain, budaya kerja kantor, kebutuhan akan peralatan/fasilitas kantor, tingkat kompetensi antar karyawan, dan juga perbedaan jenis bidang usaha yang bergerak pada instansi tersebut. Namun pada umumnya pengadaan barang habis pakai dan tidak habis pakai dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini Berikut ini prosedur pengadaan barang habis pakai Mendaftar perlengkapan kantor yang disesuaikan dengan kebutuhan dari rencana kegiatan; Menyusun rencana perkiraan biaya yang diperlukan untuk pengadaan barang tersebut tiap bulannya; Membuat rencana pengadaan barang tersebut menjadi rencana triwulan dan kemudian menjadi rencana tahunan. Sedangkan barang tidak habis pakai direncanakan dengan urutan sebagai berikut Menganlisa keperluan perlengkapan kantor sesuai dengan rencana kegiatan serta dengan memperhatikan barang yang masih layak pakai; Menyusun rencana perkiraan biaya yang diperlukan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan; Membuat skala prioritas yang disesuaikan dengan dana, urgensi kebutuhan dan menyusun rencana pengadaan tahunan. Selain perencanaan pengadaan barang tidak habis pakai dan barang habis pakai diatas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah proses pengadaan selesai, yaitu sebagai berikut a Penyimpanan Penyimpanan barang habis pakai dan tidak habis pakai perlu diperhatikan karena dengan penyimpanan yang baik maka efisiensi dan efektifitas kerja dapat ditingkatkan. Dalam kegiatan penyimpanan harus memperhatikan Persediaan alat-alat pemelihara yang diperlukan; syarat penyimpanan barang; Sifat barang yang disimpan; Jangka waktu penyimpanan; Tenaga yang diperlukan dan biaya yang harus dikeluarkan. b Pemeliharaan Pemeliharaan barang habis pakai dan tidak habis pakai merupakan kegiatan terus menerus agar barang tetap dalam kondisi baik setiap waktu akan digunakan. Pemeliharaan barang inventaris kantor tersebut harus dilakukan sesuai jadwal yang telah dibuat sebelumnya. c Adminstrasi perlengkapan Administrasi inventaris peralatan kantor dimulai dengan pencatatan secara teratur tiap-tiap barang. Kegiatan pencatatan ini bertujuan untuk mendata barang perlengkapan kantor yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Selain pencatatan atau pendataan, kegiatan administrasi perlengkapan kantor ini adalah kegiatan penghapusan atau penyusutan. Demikianlah penjelasan mengenai tata kelola atau pengadministrasian barang habis pakai dan tidak habis pakai. Semoga bermanfaat!
pengertian barang tidak habis pakai